Menyepelekan Pasemon Jokowi (SMI, Darmin, Rinso dan HM. Prasetyo), Layak Di Rhesuffle


Gaya Komunikasi Orang Jawa memang selalu tidak pernah lepas dari gaya komunikasi “Pasemon” atau sindiran. Pun demikian dengan Presiden Joko Widodo yang nota bene asli orang Jawa, apalagi dibesarkan di daerah pusat kebudayaan Jawa yakni Surakarta (Solo).

Ketidaksukaan Presiden Jokowi terhadap para pembantunya sering di tunjukkan dengan gaya “Pasemon”, bukan Nyinyir, sinis atau bahkan menunjuk langsung di muka umum.
Selama kepemimpinan Jokowi, tercatat sudah seringkali presiden Joko Widodo melakukan “Pasemon” terhadap para pembantunya yang tidak bisa bekerja, tidak bisa memenuhi target atau bahkan justru terlihat berjalan semaunya sendiri atau membawa kepentingannya sendiri.

Namun disaat itu pula, Pasemon Presiden Jokowi juga terlihat tak ditanggapi “Mbeguguk Nguta Waton” (Ngeyel, Tak Bergeming, Tak Merasa Keliru) oleh para pembantunya, kewibawaan Pasemon Jokowi runtuh. Menteri keuangan Sri Mulyani, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri BUMN Rini Soemarno dan Jaksa Agung H.M Prasetyo merupakan beberapa pembantu yang tercatat sering banyak melakukan Mbeguguk Nguta Waton tersebut.

Dalam beberapa kesempatan “Pasemon” Jokowi  yang tak pernah di gubris para pembantunya, seperti soal percepatan dan target-target pembangunan infrastruktur pemerintah. Dalam acara Financial Close Pembiayaan Proyek Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) di Istana Negara (17/02/2017), Jokowi pernah mengatakan “Kita Harus berani mendobrak Pakem, melakukan terobosan (Out Of The Box), kalau tidak di tinggal Kita”.

Selain itu Pasemon Presiden Jokowi juga ketika menunjuk Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan sebagai ketua pertemuan tahunan International Monetery Fund (IMF) dan World Bank tanggal 12-14 Oktober 2018 mendatang di Nusa Dua Bali yang lazimnya di pimpin Menteri keuangan ataupun menko perekonomian.

Pasemon tersebut jelas ditujukan kepada tim Ekonomi Pemerintahan Jokowi yang faktanya bekerja sangat buruk, alih-alih percepatan pembangunan infrastruktur yang dikejar, menteri Keuangan Sri Mulyani justru melakukan kebijakan pemotongan anggaran hanya demi menyelamatkan pembayaran utang Luar Negeri, fatalnya lagi program pengampunan pajak yang jadi andalanpun gagal jauh dari target yang di rencanakan.

Dibawah komando Darmin Nasution dan Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi jeblok hanya 5,01%, ketimpangan ekonomi tinggi, target-target ekonomi jauh diluar yang direncanakan, kartel-kartel bisnis mempermainkan harga seenaknya. Berbagai paket-paket ekonomi yang di gagas Menko perekonomian Darmin Nasution loyo tak berdaya. Terobosanpun minim, tim ekonomi bekerja ala kadarnya.

Pun demikian yang terjadi di beberapa BUMN dibawah Komando Menteri BUMN Rini Soemarno, tingkat korupsinya masih tetap tinggi hingga akhir-akhir ini BUMN terus merugi, ditambah persoalan-persoalan hukum dibawah Komando HM. Prasetyo yang makin jauh dari rasa keadilan masyarakat. Pasemon Presiden Jokowi yang kesekian kalinya tersebut dianggap angin lalu oleh para pembantunya tersebut.

Para pembantu-pembantu Presiden Joko Widodo tersebut nyatanya memang tak mampu bekerja sesuai program yang sudah di agendakan pemerintahan Joko Widodo. Jangankan mendobrak pakem dan lahirkan terobosan (Out Of The Box), Spirit kinerja saja terlihat tak sejalan dengan Presiden Joko Widodo yang menekankan pentingnya “Revolusi Mental” dan Percepatan Realisasi Agenda-agenda Nawacita.Menyepelekan Pasemon Jokowi (SMI, Darmin, Rinso dan HM. Prasetyo), Layak Di Rhesuffle

Inilah salah satu alasan akankah Pasemon Presiden Joko Widodo yang tak lagi di gubris para pembantu-pembantunya tersebut akan di jawab dengan Rhesuffle Jilid III? Hanya Presiden Jokowi dan Tuhan Saja Yang Tau..

Previous
Next Post »
Thanks for your comment